Artikel Oleh Retno Dwi Prastianik, S.Pd
(Waka Kurikulum SD Islam Khoiru Ummah Periode 2018-2022)
“Ibu, tadi aku memasukkan kotak bekal kakak ke tasnya biar nggak lupa. Tapi kakak nggak tahu…”
Sang Ibu tersenyum sambil mengelus kepala anak bungsunya. “Maasyaa Allah. Terima kasih ya, Nak. Meskipun kakak nggak tahu, tapi Allah kan Maha Tahu? Insyaa Allah kebaikan adik tadi akan dicatat sebagai pahala…”
Muraqabatullah. Menurut Ibnul Qayyim Rahimahullah muraqabatullah adalah buah dari ilmu di mana Allah selalu mengawasinya, melihatnya, mendengar segala yang dikatakannya, menyaksikan setiap yang diperbuatnya setiap waktu dan setiap saat, setiap desah nafas dan kedipan mata (Madarijus Salihiin:2/264). Hal tersebut sebagaimana firman Allah dalam surat Al Ahzab (33) ayat 54 yang artinya:
Jika kamu menyatakan sesuatu atau menyembunyikannya, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Muraqabatullah sendiri adalah tingkatan ihsan sebagaimana yang diisyaratkan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam:
“(Ihsan adalah) engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya. Jika engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya Dia melihat engkau” (HR. Muslim).
Salah satu indikator keberhasilan dalam mendidik anak adalah tertanamnya perasaan muraqabatullah, merasa selalu diawasi Allah. Jika seorang anak telah mampu menghadirkan perasaan tersebut, maka secara otomatis anak akan memiliki “rem cakram” dalam setiap tutur kata, tingkah laku, adab dan akhlaknya.
Namun, menanamkan sifat muraqabatullah memanglah tak semudah menuangkan air dalam bejana. Ada tahapan-tahapan yang perlu dilalui dan dibiasakan dengan penuh kesabaran tanpa henti, diantaranya:
- Mengenalkan Allah
Siapakah Allah? Allah adalah Sang Pencipta. Dia yang menciptakan diri kita, orang tua kita, keluarga, teman-teman serta seluruh alam semesta. Dialah yang mengurus semua makhluk ciptaanNya. Dialah Ar Rahman, yang mengasihi semua makhlukNya, dan Ar Rahiim, yang menyayangi hamba-hambaNya yang beriman.
- Menanamkan Kecintaan kepada Allah
Ketika anak telah mengenal Allah maka akan lebih mudah kita tanamkan kecintaan kepada Allah. Sering sebutlah asma Allah dan nama-namaNya yang agung dalam setiap situasi. Jelaskanlah bagaimana cara Allah mencintai makhluk-makhlukNya dan memberikan rizki kepada siapa saja yang dikehendakiNya.
- Mengenalkan Kebesaran Kekuasaan Allah dan Balasan Bagi Orang-orang yang Durhaka
Rasa cinta secara naluri akan menumbuhkan ketaatan dan kerelaan melakukan sesuatu untuk yang dicintainya. Begitu pula jika anak-anak kita telah mencintai Allah, maka akan lebih mudah baginya untuk menjalankan ketaatan kepadaNya. Maka, perlu kita jelaskan pula tentang kebesaran kekuasaan Allah. Ceritakan pula bagaimana akhir dari kaum-kaum yang durhaka terhadap perintah Allah. Hal itu akan membentuk sebuah keyakinan dalam diri anak bahwa Allah Yang Maha Besar lagi Maha Perkasalah satu-satunya zat yang patut dicintai dan ditaati. Arahkanlah kecintaan terhadap orang tua dan segala aktivitasnya untuk mengharap cinta dan ridho Allah.
- Mengajarkan Berniat, Berdoa dan Berharap Hanya pada Allah
Rasa cinta akan kemahabesaran Allah, rasa takut akan balasan Allah kepada para penentangNya harus disertai dengan perasaan berharap hanya pada Allah. Mengapa? Karena Allah tak pernah mengingkari janji. Janji Allah pasti benar. Maka perlu kita biasakan setiap niat hanyalah untuk mencari ridho Allah. Biasakan pula anak-anak berdoa pada Allah untuk sesuatu yang diinginkannya, meskipun itu hanya sekedar sebuah penghapus atau buku tulis. Katakan pula jika Allah memberikan rezeki, insyaa Allah kita akan memilikinya. Ingatkan pula pada anak untuk bersyukur ketika doanya telah dikabulkan Allah. Pembiasaan ini insyaa Allah akan menumbuhkan sifat ikhlas dan mengharap balasan hanya dari Allah. Anak tidak haus pengakuan dan pujian dari orang lain atas kebaikan yang dilakukannya. Jika Allah Mengetahui, maka itu sudah cukup baginya.
- Senantiasa Mengulang-ulang Bahwa Allah Maha Tahu
Ada saatnya seorang anak ingin dihargai. Ada saatnya pula seorang anak berada pada situasi yang tidak sesuai dengan kehendak hatinya. Maka di sana kehadiran kita sangat dibutuhkan. Hadirkan Allah dalam hatinya. Ketika perbuatan baik kita kurang dihargai orang lain, biarlah hanya Allah yang mengetahuinya. Ketika perbuatan baik kita disalahartikan orang lain, cukuplah Allah memahami niat baik kita.
Insyaa Allah, dengan mengenalkan Allah, mengajarkan kecintaan kepadaNya, mengenalkan kebesaran kuasaNya serta balasanNya, mengajarkan segala niat untuk meraih ridhoNya dan mengulang-ulang bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, maka perlahan-lahan perasaan muraqabatullah akan tertanam dalam diri anak-anak kita. Wallahua’lam. *(AR)